Aku terlampau takut mencintaimu.
Karna kita bagaikan terpisah oleh palung yang sempit namun dalam, sehingga aku
tak sanggup menjangkaumu. Kau yang begitu dekat namun sangat sulit kuraih,
begitulah kiranya.
Cinta memang tak mengenal kasta.
Benarkah?
Aku mencintaimu dan kamu pun juga
mencintaiku. Namun sesuatu yang bernama Adat sangat sulit ‘tuk ditentang bukan?
Aku dan kamu berbeda, berbeda
kasta lebih tepatnya. Aku hanya lelaki yang tak mampu berbuat apapun untuk bisa
meraihmu. Kamu tahu sendiri, kastamu lebih tinggi dari kastaku dan kau pun tahu
bahwa di dalam kastamu seorang wanita tidak boleh menikah dengan seorang lelaki
dengan kasta yang lebih rendah dari kasta si wanita.
Masih bolehkah aku mengharapkamu?
Seorang wanita dengan derajat tinggi? Seorang wanita dengan gelar bangsawan?
Kamu memang wanita yang sempurna yang tak pantas untuk kudapatkan. Aku sadar
sepenuhnya dan aku tidak terima akan hal itu.
Bukankah zaman sudah modern?
Lantas kenapa adat masih dijunjung tinggi? Bukankah sebagian besar orang tidak
peduli dengan Adat? Kenapa kita justru sebaliknya?
Kenapa orangtua kita begitu
kolot? Kenapa mereka masih berpegang teguh pada adat yang konyol ini? Dan
kenapa harus ada perbedaan? Bukankah semua manusia itu sama dimata Tuhan?
Lantas kapan aku dan kamu bisa
bersatu? Jawabannya hanya satu, Tidak Akan Pernah.