Bukit Menoreh

Bukit Menoreh

Indonesia punya banyak cerita

Masjid Cheng Ho

Masjid Cheng Ho

Indonesia punya banyak cerita

Istana Burung

Istana Burung

Indonesia punya banyak cerita

Top Selfie Pinus

Top Selfie Pinusan Kragilan

Indonesia punya banyak cerita

Sabtu, 31 Desember 2011

DETIK TERAKHIR


DETIK TERAKHIR

Apa yang akan kamu lakukan ketika ada orang yang mengatakan bahwa waktumu tak kan lama lagi?

Berusaha tegar atau berusaha lari dari kenyataan?



Lari, lari dan lari. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. teriakan demi teriakan aku abaikan. Yang aku butuhkan saat ini hanya sebuah ketenangan. Apakah mati bisa membuatku tenang? Jika boleh aku memilih, aku akan lebih baik mati, toh sebentar lagi aku tak lagi bisa memilih.

Bbrruukk

Aku mengusap kasar kristal yang berjatuhan di pipiku. Dan kembali bangkit dari jatuhku. Tanpa peduli dengan darah yang keluar dari lututku aku kembali berlari dengan kaki terpincang-pincang. Dan kini rasa sakit itu kembali aku rasakan. Dan rasanya aku sudah tak sanggup lagi untuk berlari. Aku lelah.
Aku berlutut dan menatap nanar aspal.

Tes..tes..tes..

Titik-titik air membentuk jejak di permukaan aspal hitam itu.

“aku tak menginginkanmu airmata bodoh!”,sentakku dan menghapus kasar butiran air mata yang sudah menggenang di pelupuk.

“dan aku juga tak menginginkan penyakit ini! Tuhan kenapa Kau tak adil padaku?”,jeritku frustasi.

“hei kamu! Bisakah kamu kecilkan volume suaramu?kamu ini sudah mengganggu ketenangan semua orang disini!”,seorang dengan suara bariton menegurku.

“apa pedulimu?! Ini hak-ku”,sanggahku tanpa sedikit pun mengadahkan kepalaku.

“aku peduli padamu! Karna itu aku menegurmu! Pakai ini! hapuslah air matamu! Kamu terlihat aneh!”,ujarnya sambil menyodorkan sapu tangan dengan warna coklat muda. Aku mengambilnya dan segera menghapus air mataku. Aku mendongak. Yang aku lihat hanya seorang pemuda berbadan tegap sedang menatapku. Aku mengenalinya, sangat. Tapi sayangnya, dia tak mengenaliku, mungkin. Ya, aku mengaguminya dan bagiku cukup sebagai pengagum rahasia.

“kak cakka”, desisku tak bersuara.

“kamu mengenalku?”,tanyanya ragu. Segera aku menggeleng cepat, aku tak ingin dia tahu bahwa aku telah mengetahui siapa dia.

“ohya? Padahal aku mengenalmu. Kamu agni kan? XI IPA 1? Dan kamu suka memperhatikanku?”,tebaknya dan langsung tepat sasaran.

“ohya? PD sekali”,sangkalku. Aku tahu sekarang pasti wajahku sudah sangat merah. Malu karna aku telah berbohong dan juga malu karna dia ternyata mengetahui bahwa aku suka memperhatikannya. Tapi aku juga senang karna dia ternyata mengetahui namaku.

“aku tak PD, itu memang fakta. Kamu pikir aku tak tahu? Heh?”,ujarnya.

“terserah apa katamu dan terimakasih karena sudah berusaha untuk peduli padaku”,kataku mengalihkan pembicaraan. Aku mencoba untuk berdiri.

“aarrgghh”,aku mengerang, kakiku sepertinya sudah tak sanggup lagi menompang tubuhku dan alhasil aku tak bisa berdiri.

“kamu tak apa?”,tanya kak cakka. Aku hanya menggeleng sambil meringis menahan sakit. “sudahlah tak usah berpura-pura kuat begitu, sini aku bantu”,tawarnya dan mulai mengangkat tubuhku. Aku tak bisa lagi mengelak. Dan sekarang aku berada di gendongannya. Jantungku rasanya berpacu lebih cepat.

“apakah kamu tak keberatan?”,tanyaku sambil menatap wajahnya yang begitu berkharisma. Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan melihat wajahnya dari jarak sedekat ini. biasanya aku hanya melihatnya dari kelasku yang bersebrangan dengan kelasnya.

Dia menatap lurus kedepan dan menggeleng.

“terimakasih sudah mau menolongku”,ucapku dan kemudian hening, hanya terdengar suara jantung yang berdetak tak terkontrol.

Kami berdua duduk di bangku taman rumah sakit setelah aku mengatakan bahwa aku tak ingin kembali ke kamar inapku.

“kenapa?”,tanya kak cakkaa entah kepada siapa, pandangannya lurus masih sama,lurus ke depan. Dan kosong.

“kenapa Tuhan selalu disalahkan ketika seorang mendapat musibah?”,tanyanya masih dengan pandangan kosong.

“kamu menyindirku?”,tanyaku sinis. Rasa-rasanya memang dia menyindirku bukan?

“Tuhan tidak bersalah, bukankah dia sudah memberikan yang terbaik untuk kita makhluknya? Untuk bernapas sampai sekarang saja seharusnya kita sudah bersyukur kan?”,ujarnya. Aku diam, meresapi setiap perkataanya.

Kak cakka benar. Tuhan tidak bersalah, ya, aku harusnya bersyukur karena bisa diberi kehidupan sampai sekarang. Kenapa tadi aku menginginkan mati? Bodoh! Aku memang bodoh! Tidak pernah bersyukur dengan apa yang telah Ia berikan.

“jangan menangis lagi! itu hanya akan membuatmu lelah!”,katanya saat air mataku mulai menggenang lagi.
“aku tidak menangis! Sok tau!”,elakku. Darimana dia bisa tahu aku akan menangis, padahal sejak tadi dia sama sekali tak memandangku, dia masih tetap asyik memandang ke depan.

“terserah apa katamu! Aku lebih suka kamu yang seperti ini! yang suka membantah!”,katanya. Aku kembali merasakan warna merah jambu menjalar di pipiku.

“terimakasih..”,ucapku untuk kesekian kalinya.

“untuk apa lagi?”,tanyanya kali ini dia memandangku dengan tatapan bertanya.

“karna kakak telah menyadarkanku dan terimakasih karna kakak telah membuatku semangat untuk menjalani kehidupanku nanti..”,jawabku dan tersenyum. Dia hanya sedikit menarik sudut bibirnya.

“sama-sama”,hanya itu yang ia ucapkan.


**


Senin pagi. Hari yang indah karna akan kulewati hari ini bersama sahabat-sahabatku. Ya, setelah beberapa hari aku rawat inap di rumah sakit kini aku bisa kembali bersekolah. Kata dokter aku mengalami kemajuan pesat, jadi sekarang aku sudah diperbolehkan untuk beraktifitas seperti biasanya tapi dengan syarat aku tidak boleh terlalu lelah dan harus mengatur pola makanku.

“pagi..”,sapaku pada ketiga sahabat baikku. Mereka terbelalak menatapku, seolah tak percaya bahwa aku benar-benar ada di hadapan mereka. Dan sedetik kemudian aku merasakan sesak, mereka memelukku erat, bahkan sangat erat. Ya Tuhan, aku makin tak sanggup meninggalkan mereka.

“agni! Akhirnya kamu sekolah juga! Kita kangen banget sama kamu, kita udah ke rumah kamu nyariin kamu, tapi kata pembantu kamu, kamu nggak dirumah. Kamu kemana aja sih ag?”,cerocos shilla, dia memang paling cerewet diantara kita berempat. Aku hanya menyunggingkan senyum tipis.

“nggak penting aku kemana, yang terepenting sekarang adalah aku udah kembali sama kalian lagi”,jawabku. Dan sepertinya mereka kurang puas dengan jawabanku itu. Mereka menatapku penuh selidik.

“oke deh, kalo kamu nggak mau cerita sama kita-kita, kita paham kok..”,ucap Via. Ah, via memang sahabat yang paling pengertian.

“eh, ag, ada berita gembira lho buat kamu..”,kata Ify dengan mimik bahagia. Aku hanya menyeritkan dahi seolah bertanya “apa?”.

“kak cakka.. kak cakka dia kemaren nyariin kamu..”,katanya setengah berteriak. Aku hanya tersenyum kecil dengan mata berbinar.

“emang dia mau ngapain?”,tanyaku santai, tapi jika kalian bisa merasakan degup jantungku, kalian pasti akan tahu hal yang sebenarnya.

“kita juga nggak tahu, kemaren Cuma nanya ‘agni udah berangkat?’ gitu..”,jawab Shilla.

“ciieeehh, yang lagi di PDKT-in..”,goda shilla, ify dan Via. Aku hanya tersipu malu tanpa bisa mengelak.


**


“agni!”,kudengar suara seseorang memanggil namaku. Aku yang sedang berjalan dengan ketiga sahabatku berhenti dan menengok ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilku. Dan kulihat seorang pemuda dengan style yang sangat menawan melangkah cepat ke arahku.

“kak cakka?”,tanyaku saat pemuda itu berhenti tepat di hadapanku. Dia memandangku seolah bertanya “kaget?”.

“ada apa kak?”,tanyaku mengalihkan pandangannya. Dia menggeleng dan aku menyeritkan dahi.

“ehm, kalian bisa kan ninggalin aku sama agni?”,tanyanya kepada ketiga temanku. Ketiga temanku itu hanya mengangguk dan tersenyum menggodaku dan kemudian mereka berlalu.

“kamu mau kemana tadi?”,tanya kak cakka setelah bayangan mereka bertiga hilang di tikungan koridor. Aku menggeleng cepat, tak mungkin kan kalau aku mengatakan kepada kak cakka bahwa aku akan pergi ke kantin?

“bohong!”,tuduhnya dan menatapku tajam. Aku hanya bisa menunduk menghindari tatapannya. Kemudian aku merasakan pergelangan tangaku ditarik. Ya, kak cakka menarik tanganku melangkah menjauhi koridor.

Aku menatap punggunya seolah-olah bertanya “apakah punggung itu akan menompangku kelak?”.

Dan sampailah kami disini. Di taman sekolah yang lumayan sepi. Angin sepoi-sepoi mengiringi langkah kami. Kami duduk di salah satu bangku tepat di bawah pohon akasia. Dan tepat jauh di hadapan kami terdapat bangunan gasebo.

Diam. Hening. Hanya ada semilir angin yang memainkan anak-anak rambut.

“kamu lapar?”,tanyanya. Aku menggeleng.

“lagipula kalau aku lapar, aku pun tak bisa makan sembarangan”,jawabku.

“bukankah kamu harus mengatur pola makanmu? Jangan sampai kamu pingsan karena telat makan!”,sarannya, ada nada khawatir di dalam ucapannya. Aku hanya tersenyum.

“bukan senyum yang aku butuhkan, aku hanya butuh jawabanmu!”,ucapnya ketus. Aku merengut.

“hmm, aku bawa makan kok, tapi di tas, aku tak mau teman-temanku bertanya macam-macam, jadi lebih baik, hari ini aku tak makan siang..”,jawabku seadanya.

“kok gitu?”,tanyanya.

“aku hanya tak mau teman-temanku tahu hal yang sebenarnya terjadi, jadi aku mohon kakak jangan bilang apa-apa ke mereka..”,jawabku.

“ada syaratnya!”,katanya. aku mendelik.

“kok gitu?”,aku kembali mengulang pertanyaannya.

“dilarang copas!”,katanya tanpa senyum dan ekspresi. Kadang aku mengira bahwa kak cakka ini bukan manusia.

“apa?”,tanyaku.

“kamu sekarang harus makan siang, kalau nggak, aku akan memberi tahu teman-temanmu itu!”,jawabnya dengan penuh ancaman. Aku hanya bisa mendengus. Aku menatapnya Dengan tatapan memohon. Dia hanya acuh dan menggelengkan kepala. Aku menghentakkan kakiku, pertanda aku marah.

“terserah kamu mau marah atau nggak!”,katanya cuek dan melangkah pergi. Aku mengejarnya.

“iya, iya, akan aku turuti”,kataku dan mencekal pergelangan tangannya. Dia hanya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.

“ohya? Aku perlu bukti!”,katanya. “dan apakah kamu akan terus mencekalku seperti ini?”,tanyanya tiba-tiba. Aku tersentak dan segera melepaskan tanganku yang memegang tangannya. Dan aku yakin semburat merah jambu itu muncul saat ini juga.

“terbuktikan kalau kamu suka padaku”,katanya PD. Aku mendengus dan meratapi kebodohanku.

“i don’t care!”,kataku dan pergi melangkah mendahuluinya.



Dan sejak saat itu aku dan kak cakka mulai dekat. Makan siang di bawah pohon akasia bersama. Bercerita, walau sepertinya aku yang banyak bercerita. Dan juga bercanda, walau dia tak tertawa.

Dan seperi biasa kami duduk di bawah pohon akasia, bekalku sudah habis. Yang terjadi hanya keheningan diantara kami berdua. Aku menatap wajahnya dari samping. Lekuk yang terlalu sempurna.”jika dengan sakit ini aku bisa dekat dengamu. Sekarang aku beryukur dengan penyakit ini, karna dengan ini aku bisa mengenal sosokmu dari lebih jauh lagi”,batinku. jika ini caramu agar kami dekat, aku terima.

“ada yang ingin kau sampaikan?”,tanyanya dan lagi-lagi tanpa menoleh kepadaku. Aku menggeleng.

“lantas kenapa kamu sejak tadi menatapku seperti itu?”,tanyanya lagi.

“apakah kakak punya sixth sense?”,tanyaku dengan lugu. Dia hanya terkekeh kecil.

“kenapa kamu pikir begitu?”,tanyanya.

“menebak saja”,jawabku. Dia mengacak rambutku.

“kamu ingin tahu?”,tanyanya. Aku mengangguk riang.

“kamu tahu, hanya denganmu lah aku bisa merasakan hal-hal yang lebih”,jawabnya. Entah apa yang aku rasakan saat ini, yang pasti aku senang. Apakah ini berarti dia menaruh hati kepadaku? Aku tak berharap lebih.

“kakak menggodaku?”,tanyaku ragu.

“kamu pikir begitu?”,tanyanya.

“ya, tentu”,jawabku.

“ya sudah, jangan kamu pikirkan! Itu hanya akan membuatmu berpikir keras bukan?”,ucapnya.aku hanya mengangguk mengerti. Ya, memang sebaiknya tak usah membahas hal ini, kalau terus dilanjutkan pasti akan sangat menyakitkan.


**


Sudah beberapa hari terakhir ini keadaanku kembali memburuk, namun aku berusaha menutupinya. Aku harus bertahan! Ya, harus!

“aku rasa akhir-akhir ini wajahmu sangat pucat”,komentar kak cakka saat kami berdua sedang duduk di bawah pohon akasia kami seperti biasa.

“ohya? Masa sih?”,sangkalku.

“aku rasa begitu, kamu sedang tidak mencoba untuk berbohong kan?”,selidiknya dan untuk kedua kalinya dia menatapku tajam. Aku alihkan pandanganku darinya.

“tidak, mana mungkin aku berani membohongi kakak..”,jawabku.

“baguslah kalau begitu”,katanya dam menatap lurus gazebo.

Hening. Lagi-lagi hening, hanya semilir angin yang bergerak sangat pelan, bagaikan ingin mempermaikan suasana keduanya.

“bolehkah aku mengaku?”,tanya kak cakka lirih, lagi-lagi aku tak tahu dia berbicara pada siapa dan untuk siapa, tapi aku yakin itu pertanyaan untukku.

“heh?”,tanyaku.

“aku mengagumimu, menyukaimu, menyayangimu dan mencintaimu jauh sebelum kamu mengenalku, memperhatikanku, mengagumiku bahkan hingga mencintaiku saat ini”,akunya. Aku hanya terbelak, cintaku tak bertepuk sebelah tangan rupanya. Namun, bolehkah aku menemaninya?

“kakak tahu? andai aku bisa membalas cintamu kak, pasti akan kubalas, karna aku memang mencintaimu, dari dulu. Namun, kakak tahu sendiri bagaimana keadaanku kan? Aku tak bisa”,ucapku.

“kamu tak yakin dengan keadaanmu? Kamu menyerah ag?”,tanya kak cakka lirih.

“aku... aku.... aku.. ya, aku menyerah kak, aku tak sanggup lagi, kakak benar! Aku bohong! Aku sakit kak! Keadaanku makin buruk, aku.. aku.. aku nggak kuat kak, aku lelah!”,jawabku. Dan sekarang aku merasakan sakit, sangat sakit, melebihi yang biasanya.dan sepertinya, kini sudah waktunya.

“harus kamu tahu ag, sampai kapanpun aku akan terus mencintaimu..”,ucap kak cakka sambil menggenggam tanganku.

“benarkah?”, okay! Kali ini perih itu sangat melilit. Aku tak kuat! Apakah ini waktunya??

“harus aku lakukan apa lagi agar bisa membuatmu percaya?”,tanyanya. Aku tersenyum, meringis menahan sakit. Tuhan, ini sangat sakit.

“kak, aku ingin kamu bernyanyi..”,pintaku sambil menahan sakit ini. dia menyeritkan dahi. Dan mengangguk.


Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu...


Aku merebahkan kepalaku di bahunya, baru pertama kalinya aku merasakan kedamaian seperti ini. Tuhan, bolehkah aku merasakannya lebih lama lagi?


Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali


Suara lembutnya mengalun merdu di telingaku, aku bisa merasakan getarannya, genggaman tangannya yang kuat. Hei, nadanya mulai bergetar senada dengan degup jantungku yang mulai melemah. Dan kini, aku tak bisa lagi mendengarnya. Selamat tinggal kak cakka. Terimakasih untuk semuanya.


Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi ...
Ku pergi...
Nyanyikan lagu indah 
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
(Mungkinkah aku kembali)
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali



FIN