DETIK TERAKHIR
Apa yang akan kamu
lakukan ketika ada orang yang mengatakan bahwa waktumu tak kan lama lagi?
Berusaha tegar atau
berusaha lari dari kenyataan?
Lari, lari dan lari.
Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. teriakan demi teriakan aku abaikan.
Yang aku butuhkan saat ini hanya sebuah ketenangan. Apakah mati bisa membuatku
tenang? Jika boleh aku memilih, aku akan lebih baik mati, toh sebentar lagi aku
tak lagi bisa memilih.
Bbrruukk
Aku mengusap kasar
kristal yang berjatuhan di pipiku. Dan kembali bangkit dari jatuhku. Tanpa
peduli dengan darah yang keluar dari lututku aku kembali berlari dengan kaki
terpincang-pincang. Dan kini rasa sakit itu kembali aku rasakan. Dan rasanya
aku sudah tak sanggup lagi untuk berlari. Aku lelah.
Aku berlutut dan
menatap nanar aspal.
Tes..tes..tes..
Titik-titik air
membentuk jejak di permukaan aspal hitam itu.
“aku tak menginginkanmu
airmata bodoh!”,sentakku dan menghapus kasar butiran air mata yang sudah
menggenang di pelupuk.
“dan aku juga tak
menginginkan penyakit ini! Tuhan kenapa Kau tak adil padaku?”,jeritku frustasi.
“hei kamu! Bisakah kamu
kecilkan volume suaramu?kamu ini sudah mengganggu ketenangan semua orang
disini!”,seorang dengan suara bariton menegurku.
“apa pedulimu?! Ini
hak-ku”,sanggahku tanpa sedikit pun mengadahkan kepalaku.
“aku peduli padamu!
Karna itu aku menegurmu! Pakai ini! hapuslah air matamu! Kamu terlihat
aneh!”,ujarnya sambil menyodorkan sapu tangan dengan warna coklat muda. Aku
mengambilnya dan segera menghapus air mataku. Aku mendongak. Yang aku lihat
hanya seorang pemuda berbadan tegap sedang menatapku. Aku mengenalinya, sangat.
Tapi sayangnya, dia tak mengenaliku, mungkin. Ya, aku mengaguminya dan bagiku
cukup sebagai pengagum rahasia.
“kak cakka”, desisku
tak bersuara.
“kamu mengenalku?”,tanyanya
ragu. Segera aku menggeleng cepat, aku tak ingin dia tahu bahwa aku telah
mengetahui siapa dia.
“ohya? Padahal aku
mengenalmu. Kamu agni kan? XI IPA 1? Dan kamu suka memperhatikanku?”,tebaknya
dan langsung tepat sasaran.
“ohya? PD sekali”,sangkalku.
Aku tahu sekarang pasti wajahku sudah sangat merah. Malu karna aku telah
berbohong dan juga malu karna dia ternyata mengetahui bahwa aku suka
memperhatikannya. Tapi aku juga senang karna dia ternyata mengetahui namaku.
“aku tak PD, itu memang
fakta. Kamu pikir aku tak tahu? Heh?”,ujarnya.
“terserah apa katamu
dan terimakasih karena sudah berusaha untuk peduli padaku”,kataku mengalihkan
pembicaraan. Aku mencoba untuk berdiri.
“aarrgghh”,aku
mengerang, kakiku sepertinya sudah tak sanggup lagi menompang tubuhku dan
alhasil aku tak bisa berdiri.
“kamu tak apa?”,tanya
kak cakka. Aku hanya menggeleng sambil meringis menahan sakit. “sudahlah tak
usah berpura-pura kuat begitu, sini aku bantu”,tawarnya dan mulai mengangkat
tubuhku. Aku tak bisa lagi mengelak. Dan sekarang aku berada di gendongannya.
Jantungku rasanya berpacu lebih cepat.
“apakah kamu tak
keberatan?”,tanyaku sambil menatap wajahnya yang begitu berkharisma. Aku tak
pernah menyangka bahwa aku akan melihat wajahnya dari jarak sedekat ini. biasanya
aku hanya melihatnya dari kelasku yang bersebrangan dengan kelasnya.
Dia menatap lurus
kedepan dan menggeleng.
“terimakasih sudah mau
menolongku”,ucapku dan kemudian hening, hanya terdengar suara jantung yang
berdetak tak terkontrol.
Kami berdua duduk di
bangku taman rumah sakit setelah aku mengatakan bahwa aku tak ingin kembali ke
kamar inapku.
“kenapa?”,tanya kak
cakkaa entah kepada siapa, pandangannya lurus masih sama,lurus ke depan. Dan
kosong.
“kenapa Tuhan selalu
disalahkan ketika seorang mendapat musibah?”,tanyanya masih dengan pandangan
kosong.
“kamu
menyindirku?”,tanyaku sinis. Rasa-rasanya memang dia menyindirku bukan?
“Tuhan tidak bersalah,
bukankah dia sudah memberikan yang terbaik untuk kita makhluknya? Untuk
bernapas sampai sekarang saja seharusnya kita sudah bersyukur kan?”,ujarnya.
Aku diam, meresapi setiap perkataanya.
Kak cakka benar. Tuhan
tidak bersalah, ya, aku harusnya bersyukur karena bisa diberi kehidupan sampai
sekarang. Kenapa tadi aku menginginkan mati? Bodoh! Aku memang bodoh! Tidak
pernah bersyukur dengan apa yang telah Ia berikan.
“jangan menangis lagi!
itu hanya akan membuatmu lelah!”,katanya saat air mataku mulai menggenang lagi.
“aku tidak menangis!
Sok tau!”,elakku. Darimana dia bisa tahu aku akan menangis, padahal sejak tadi
dia sama sekali tak memandangku, dia masih tetap asyik memandang ke depan.
“terserah apa katamu!
Aku lebih suka kamu yang seperti ini! yang suka membantah!”,katanya. Aku
kembali merasakan warna merah jambu menjalar di pipiku.
“terimakasih..”,ucapku
untuk kesekian kalinya.
“untuk apa
lagi?”,tanyanya kali ini dia memandangku dengan tatapan bertanya.
“karna kakak telah
menyadarkanku dan terimakasih karna kakak telah membuatku semangat untuk
menjalani kehidupanku nanti..”,jawabku dan tersenyum. Dia hanya sedikit menarik
sudut bibirnya.
“sama-sama”,hanya itu
yang ia ucapkan.
**
Senin pagi. Hari yang
indah karna akan kulewati hari ini bersama sahabat-sahabatku. Ya, setelah
beberapa hari aku rawat inap di rumah sakit kini aku bisa kembali bersekolah.
Kata dokter aku mengalami kemajuan pesat, jadi sekarang aku sudah diperbolehkan
untuk beraktifitas seperti biasanya tapi dengan syarat aku tidak boleh terlalu
lelah dan harus mengatur pola makanku.
“pagi..”,sapaku pada
ketiga sahabat baikku. Mereka terbelalak menatapku, seolah tak percaya bahwa
aku benar-benar ada di hadapan mereka. Dan sedetik kemudian aku merasakan
sesak, mereka memelukku erat, bahkan sangat erat. Ya Tuhan, aku makin tak
sanggup meninggalkan mereka.
“agni! Akhirnya kamu
sekolah juga! Kita kangen banget sama kamu, kita udah ke rumah kamu nyariin
kamu, tapi kata pembantu kamu, kamu nggak dirumah. Kamu kemana aja sih
ag?”,cerocos shilla, dia memang paling cerewet diantara kita berempat. Aku
hanya menyunggingkan senyum tipis.
“nggak penting aku
kemana, yang terepenting sekarang adalah aku udah kembali sama kalian
lagi”,jawabku. Dan sepertinya mereka kurang puas dengan jawabanku itu. Mereka
menatapku penuh selidik.
“oke deh, kalo kamu
nggak mau cerita sama kita-kita, kita paham kok..”,ucap Via. Ah, via memang
sahabat yang paling pengertian.
“eh, ag, ada berita
gembira lho buat kamu..”,kata Ify dengan mimik bahagia. Aku hanya menyeritkan
dahi seolah bertanya “apa?”.
“kak cakka.. kak cakka
dia kemaren nyariin kamu..”,katanya setengah berteriak. Aku hanya tersenyum
kecil dengan mata berbinar.
“emang dia mau
ngapain?”,tanyaku santai, tapi jika kalian bisa merasakan degup jantungku,
kalian pasti akan tahu hal yang sebenarnya.
“kita juga nggak tahu,
kemaren Cuma nanya ‘agni udah berangkat?’ gitu..”,jawab Shilla.
“ciieeehh, yang lagi di
PDKT-in..”,goda shilla, ify dan Via. Aku hanya tersipu malu tanpa bisa
mengelak.
**
“agni!”,kudengar suara
seseorang memanggil namaku. Aku yang sedang berjalan dengan ketiga sahabatku
berhenti dan menengok ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilku. Dan
kulihat seorang pemuda dengan style yang sangat menawan melangkah cepat ke
arahku.
“kak cakka?”,tanyaku
saat pemuda itu berhenti tepat di hadapanku. Dia memandangku seolah bertanya
“kaget?”.
“ada apa kak?”,tanyaku mengalihkan
pandangannya. Dia menggeleng dan aku menyeritkan dahi.
“ehm, kalian bisa kan
ninggalin aku sama agni?”,tanyanya kepada ketiga temanku. Ketiga temanku itu
hanya mengangguk dan tersenyum menggodaku dan kemudian mereka berlalu.
“kamu mau kemana tadi?”,tanya
kak cakka setelah bayangan mereka bertiga hilang di tikungan koridor. Aku
menggeleng cepat, tak mungkin kan kalau aku mengatakan kepada kak cakka bahwa
aku akan pergi ke kantin?
“bohong!”,tuduhnya dan
menatapku tajam. Aku hanya bisa menunduk menghindari tatapannya. Kemudian aku
merasakan pergelangan tangaku ditarik. Ya, kak cakka menarik tanganku melangkah
menjauhi koridor.
Aku menatap punggunya seolah-olah bertanya “apakah punggung
itu akan menompangku kelak?”.
Dan sampailah kami
disini. Di taman sekolah yang lumayan sepi. Angin sepoi-sepoi mengiringi
langkah kami. Kami duduk di salah satu bangku tepat di bawah pohon akasia. Dan
tepat jauh di hadapan kami terdapat bangunan gasebo.
Diam. Hening. Hanya ada
semilir angin yang memainkan anak-anak rambut.
“kamu lapar?”,tanyanya.
Aku menggeleng.
“lagipula kalau aku
lapar, aku pun tak bisa makan sembarangan”,jawabku.
“bukankah kamu harus
mengatur pola makanmu? Jangan sampai kamu pingsan karena telat
makan!”,sarannya, ada nada khawatir di dalam ucapannya. Aku hanya tersenyum.
“bukan senyum yang aku
butuhkan, aku hanya butuh jawabanmu!”,ucapnya ketus. Aku merengut.
“hmm, aku bawa makan
kok, tapi di tas, aku tak mau teman-temanku bertanya macam-macam, jadi lebih
baik, hari ini aku tak makan siang..”,jawabku seadanya.
“kok gitu?”,tanyanya.
“aku hanya tak mau
teman-temanku tahu hal yang sebenarnya terjadi, jadi aku mohon kakak jangan
bilang apa-apa ke mereka..”,jawabku.
“ada
syaratnya!”,katanya. aku mendelik.
“kok gitu?”,aku kembali
mengulang pertanyaannya.
“dilarang
copas!”,katanya tanpa senyum dan ekspresi. Kadang aku mengira bahwa kak cakka
ini bukan manusia.
“apa?”,tanyaku.
“kamu sekarang harus
makan siang, kalau nggak, aku akan memberi tahu teman-temanmu itu!”,jawabnya
dengan penuh ancaman. Aku hanya bisa mendengus. Aku menatapnya Dengan tatapan
memohon. Dia hanya acuh dan menggelengkan kepala. Aku menghentakkan kakiku,
pertanda aku marah.
“terserah kamu mau
marah atau nggak!”,katanya cuek dan melangkah pergi. Aku mengejarnya.
“iya, iya, akan aku
turuti”,kataku dan mencekal pergelangan tangannya. Dia hanya tersenyum tipis,
bahkan sangat tipis.
“ohya? Aku perlu
bukti!”,katanya. “dan apakah kamu akan terus mencekalku seperti ini?”,tanyanya
tiba-tiba. Aku tersentak dan segera melepaskan tanganku yang memegang tangannya.
Dan aku yakin semburat merah jambu itu muncul saat ini juga.
“terbuktikan kalau kamu
suka padaku”,katanya PD. Aku mendengus dan meratapi kebodohanku.
“i don’t care!”,kataku
dan pergi melangkah mendahuluinya.
Dan sejak saat itu aku
dan kak cakka mulai dekat. Makan siang di bawah pohon akasia bersama.
Bercerita, walau sepertinya aku yang banyak bercerita. Dan juga bercanda, walau
dia tak tertawa.
Dan seperi biasa kami
duduk di bawah pohon akasia, bekalku sudah habis. Yang terjadi hanya keheningan
diantara kami berdua. Aku menatap wajahnya dari samping. Lekuk yang terlalu
sempurna.”jika dengan sakit ini aku bisa dekat dengamu. Sekarang aku beryukur
dengan penyakit ini, karna dengan ini aku bisa mengenal sosokmu dari lebih jauh
lagi”,batinku. jika ini caramu agar kami dekat, aku terima.
“ada yang ingin kau
sampaikan?”,tanyanya dan lagi-lagi tanpa menoleh kepadaku. Aku menggeleng.
“lantas kenapa kamu
sejak tadi menatapku seperti itu?”,tanyanya lagi.
“apakah kakak punya sixth
sense?”,tanyaku dengan lugu. Dia hanya terkekeh kecil.
“kenapa kamu pikir
begitu?”,tanyanya.
“menebak saja”,jawabku.
Dia mengacak rambutku.
“kamu ingin
tahu?”,tanyanya. Aku mengangguk riang.
“kamu tahu, hanya
denganmu lah aku bisa merasakan hal-hal yang lebih”,jawabnya. Entah apa yang
aku rasakan saat ini, yang pasti aku senang. Apakah ini berarti dia menaruh
hati kepadaku? Aku tak berharap lebih.
“kakak
menggodaku?”,tanyaku ragu.
“kamu pikir
begitu?”,tanyanya.
“ya, tentu”,jawabku.
“ya sudah, jangan kamu
pikirkan! Itu hanya akan membuatmu berpikir keras bukan?”,ucapnya.aku hanya
mengangguk mengerti. Ya, memang sebaiknya tak usah membahas hal ini, kalau
terus dilanjutkan pasti akan sangat menyakitkan.
**
Sudah beberapa hari
terakhir ini keadaanku kembali memburuk, namun aku berusaha menutupinya. Aku
harus bertahan! Ya, harus!
“aku rasa akhir-akhir
ini wajahmu sangat pucat”,komentar kak cakka saat kami berdua sedang duduk di
bawah pohon akasia kami seperti biasa.
“ohya? Masa
sih?”,sangkalku.
“aku rasa begitu, kamu
sedang tidak mencoba untuk berbohong kan?”,selidiknya dan untuk kedua kalinya
dia menatapku tajam. Aku alihkan pandanganku darinya.
“tidak, mana mungkin
aku berani membohongi kakak..”,jawabku.
“baguslah kalau
begitu”,katanya dam menatap lurus gazebo.
Hening. Lagi-lagi
hening, hanya semilir angin yang bergerak sangat pelan, bagaikan ingin
mempermaikan suasana keduanya.
“bolehkah aku
mengaku?”,tanya kak cakka lirih, lagi-lagi aku tak tahu dia berbicara pada
siapa dan untuk siapa, tapi aku yakin itu pertanyaan untukku.
“heh?”,tanyaku.
“aku mengagumimu,
menyukaimu, menyayangimu dan mencintaimu jauh sebelum kamu mengenalku,
memperhatikanku, mengagumiku bahkan hingga mencintaiku saat ini”,akunya. Aku
hanya terbelak, cintaku tak bertepuk sebelah tangan rupanya. Namun, bolehkah
aku menemaninya?
“kakak tahu? andai aku
bisa membalas cintamu kak, pasti akan kubalas, karna aku memang mencintaimu,
dari dulu. Namun, kakak tahu sendiri bagaimana keadaanku kan? Aku tak
bisa”,ucapku.
“kamu tak yakin dengan
keadaanmu? Kamu menyerah ag?”,tanya kak cakka lirih.
“aku... aku.... aku..
ya, aku menyerah kak, aku tak sanggup lagi, kakak benar! Aku bohong! Aku sakit
kak! Keadaanku makin buruk, aku.. aku.. aku nggak kuat kak, aku
lelah!”,jawabku. Dan sekarang aku merasakan sakit, sangat sakit, melebihi yang
biasanya.dan sepertinya, kini sudah waktunya.
“harus kamu tahu ag,
sampai kapanpun aku akan terus mencintaimu..”,ucap kak cakka sambil menggenggam
tanganku.
“benarkah?”, okay! Kali
ini perih itu sangat melilit. Aku tak kuat! Apakah ini waktunya??
“harus aku lakukan apa
lagi agar bisa membuatmu percaya?”,tanyanya. Aku tersenyum, meringis menahan
sakit. Tuhan, ini sangat sakit.
“kak, aku ingin kamu
bernyanyi..”,pintaku sambil menahan sakit ini. dia menyeritkan dahi. Dan
mengangguk.
Nikmati
detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu...
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu...
Aku merebahkan kepalaku di bahunya, baru pertama kalinya aku merasakan kedamaian seperti ini. Tuhan, bolehkah aku merasakannya lebih lama lagi?
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali
Suara
lembutnya mengalun merdu di telingaku, aku bisa merasakan getarannya, genggaman
tangannya yang kuat. Hei, nadanya mulai bergetar senada dengan degup jantungku
yang mulai melemah. Dan kini, aku tak bisa lagi mendengarnya. Selamat tinggal
kak cakka. Terimakasih untuk semuanya.
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi ...
Ku pergi...
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
(Mungkinkah aku kembali)
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali
FIN